Bismillah…
Tujuan, sederhana saja, titik akhir yang akan dicapai dalam sebuah upaya atau proses. Tujuan (sebuah tempat), berarti tempat yang akan dicapai (kita akan berada di tempat itu) setelah sebuah proses (perjalanan). Setelah menentukan tujuan barulah kita mendapatkan gambaran mengenai arah sebuah perjalanan, yaitu mengarah kepada tempat dimana tujuan tersebut terletak. Tidak rumit, bukan?
Tapi siapa kira, atau tepatnya, tampaknya kita seringkali tidak menyangka, bahkan tidak sadar, konsep sesederhana ini menjadi sesuatu yang telupakan sampai akibat lupanya kita pada konsep sederhana ini, hidup kita berantakan? Lupa tujuan, mengakibatkan hilangnya arah. Bayangkan jika kita lupa hendak ke mana kita bepergian, pastilah kitapun akan bingung, kendaraan apa yang di gunakan, mengarah ke mana kendaraan kita (utara atau selatan), berapa lama harus kita tempuh perjalanan itu, dan kapan suatu perjalanan berhenti. Coba kita urai satu persatu fenomena yang diakibatkan hilangnya tujuan dalam hidup kita.
- Hilang tujuan, salah kendaraan
Bayangkan kita hendak bepergian ke suatu tempat dan kita bertanya kepada seseorang: “Saya mau naik kedaraan umum, sebaiknya saya menggunakan kendaraan apa ya?”. Sudah pasti orang yang kita tanya akan bertanya balik kepada kita: “Memang Anda hendak pergi ke mana?”. Seandainya saja kita tidak bisa menjelaskan tujuan perjalanan kita, maka orang tersebut pun tidak dapat memberikan informasi kepada kita mengenai kendaraan apa yang tepat untuk digunakan oleh kita.
Sebuah analogi sederhana saya kira, tapi jika diselami maknanya, maka kita dapat mengambil pelajaran menarik. Tidakkah seringkali kita dihadapkan pada memilih sesuatu dalam hidup yang membutuhkan kejelasan tujuan untuk memilihnya? Saya kira semua dari kita pernah mengalami ketidakjelasan tujuan dalam menentukan pilihan. Misalnya saja ketika menentukan akan berkuliah di universitas mana dan mengambil jurusan apa. Jika kita tidak punya gambaran terhadap apa yang ingin kita capai dalam mengambil kuliah, maka sulit bagi kita untuk menentukan universitas dan jurusan yang tepat.
Sebuah kendaraan, dalam hidup, adalah analogi dari alat sekaligus wadah yang akan membawa kita pada tujuan kita. Jika kita menggunakan kendaraan umum, maka akan kita jumpai setidaknya seorang supir yang telah mengetahui arah yang harus ditempuh dalam mencapai tujuan, tinggal kita mengatakan tujuan kita, maka sang supirpun akan mengantarkan kita pada tujuan (tentunya jika supirnya profesional). Bisa saja kita menggunakan kendaraan pribadi, dengan syarat kita mengenal jalan agar kita tidak salah arah ataupun tersesat.
إن الدين عند الله الإسلام وما اختلف الذين أوتوا الكتاب إلا من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ومن يكفر بآيات الله فإن الله سريع الحساب
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. “(3:19)
0 komentar:
Posting Komentar