Facebook

CARA MENGETAHUI NAIK-TURUNNYA IMAN MENURUT HAMKA

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan HAMKA adalah ulama kharismatik kebanggaan kaum Muslimin kelahiran Sungai Batang Maninjau Sumatera Barat. Sosok yang mewakafkan diri dan jiwanya untuk dakwah ini banyak menuliskan buku-buku penggugah jiwa. Di antaranya adalah Tasauf Modern yang berisi pencerahan-pencerahan ruhani tentang cara menggapai kebahagiaan sejati berdasarkan Islam.
Di dalam buku yang dicetak pertama kali tahun 1939 ini, salah satu potongan menarik di dalamya adalah tentang cara mengetahui naik-turunnya iman. Pasalnya memang, iman memiliki siklus bertambah dan berkurang dalam diri seorang individu.
Lantas, bagaimanakah cara mengetahui siklus naik-turunnya iman di dalam diri kita? Berikut penuturan ulama yang juga menulis Tafsir al-Azhar saat berada di balik Jeruji Besi.
Beliau memulainya dengan memberi nasihat agar kita lebih banyak memanfaatkan waktu untuk membaca al-Qur’an dan mempelajari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Menurut beliau, “Lebih baik banyak membaca Qur’an, menyelidiki hadits-hadits yang berhubungan dengan perkara iman, kelak rahasia itu akan terbuka sedikit demi sedikit.”
“Karena,” lanjutnya, “sebuah ayat yang pernah kita salinkan (sampaikan, bacakan, tuliskan, ceramahkan) di pasal lain adalah ujian yang besar tentang derajat iman itu bila nama Tuhan tersebut dan ayat-Nya dibaca orang.” Sebabnya, orang-orang beriman adalah mereka yang bergetar saat mendengar ayat Allah Ta’ala dibacakan dan hal itu akan menambah kualitas iman di dalam jiwanya.
Ayat-ayat Allah tersebut, lanjut HAMKA, “Sudah dapat menjadi ukuran dan ujian.” Kemudian, beliau menuliskan dua pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing kita guna mengetahui apakah iman sedang mengalami kenaikan atau penurunan?
  • Adakah ketika nama Allah itu dibaca orang, hidup dan ingatan kita kepada-Nya, serta terikat kita dengan perasaan percaya?
  • Adakah ketika ayat-Nya terbaca, masuk ke dalam jiwa dan meresap kepada budi?
Jika sudah, tutur beliau menyimpulkan, “Walau sedikit, tanda sudah ada bayangan iman dalam dada kita.” Sebaliknya, “Kalau belum”, terang beliau, “tandanya (iman) belum tumbuh.” Dan, dalam kondisi ketiga, “Kalau hanya sebagai bayang-bayang saja, tandanya iman kita masih bayang-bayang (ragu-ragu) pula.”
Semoga Allah Ta’ala kuatkan dan istiqamahkan iman di dalam jiwa kita. Aamiin. [Pirman]

Share on Google Plus

About Unknown

Seorang Pejalanan yang terus bergerak sampai tak bisa bergerak lagi
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar